
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
Dalam beberapa tahun terakhir, Filipina telah menyaksikan pertumbuhan yang luar biasa dalam upaya memulai transformasi digital di berbagai sektor. Hal ini berhasil mengubah cara operasi bisnis untuk meningkatkan user experience guna meningkatkan kompetisi di market.
Peningkatan user experience adalah kunci dalam layanan publik. Organisasi harus berkomitmen dalam peningkatan pelayanan public melalui adopsi teknologi yang mudah diakses dan user friendly. Ini adalah langkah krusial untuk menyediakan layanan yang lebih efisien dan nyaman bagi masyarakat. Dengan beralih ke infrastruktur berbasis cloud, organisasi layanan publik memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan aplikasi dan platform dengan sumber daya yang dapat ditingkatkan dan andal. Hal ini memungkinkan mereka untuk memberikan layanan yang responsif dan mulus, memenuhi kebutuhan masyarakat dengan lebih baik.
Interface yang user-friendly adalah kunci utama dalam meningkatkan produktivitas dan menciptakan pengalaman yang lebih mulus untuk dapat mengakses layanan penting. Hal ini didasarkan dari aplikasi perangkat lunak yang lebih mudah dimengerti, sehingga user tidak memakan waktu lama untuk memahaminya.
Lebih dari itu, interface yang user-friendly juga menciptakan budaya inovasi dan ketangkasan di dalam organisasi. Dengan user yang merasa nyaman dan percaya diri dalam menggunakan teknologi, tim di dalam organisasi didorong untuk berpikir kreatif dan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan layanan dan proses kerja. Ini membuka pintu bagi solusi yang lebih baik dan lebih efisien untuk mengatasi tantangan yang terus berkembang dalam dunia bisnis digital.
Tentunya, dalam upaya untuk menciptakan sistem seperti ini, diperlukan pertimbangan terhadap elemen-elemen kunci seperti data perusahaan, privasi, rantai pasokan, dan komputasi cloud. Semua faktor ini membawa risiko keamanan yang kompleks yang menuntut pendekatan yang proaktif untuk mencegah terjadinya ancaman siber.
Modernisasi data berbasis cloud adalah langkah yang tepat untuk mengamankan privasi data organisasi. Dengan menerapkan strategi sumber daya yang responsif dan berkolaborasi dengan penyedia layanan cloud, organisasi dapat dengan percaya diri memastikan bahwa sebagian besar beban kerja mereka akan berjalan fleksibel dan sangat aman.
Lebih jauh, solusi AI juga membawa dampak besar dalam perubahan operasi, terutama dalam pengambilan keputusan langsung. Dengan berinvestasi dalam AI untuk pengambilan keputusan, organisasi dapat mempersiapkan diri untuk membuat keputusan dengan cepat dan tepat dalam skala besar, yang juga akan berdampak pada peningkatan kualitas layanan secara keseluruhan.
Solusi AI juga membawa dampak besar dalam perubahan operasi, terutama dalam pengambilan keputusan langsung. Dengan menginvestasikan teknologi AI untuk pengambilan keputusan, organisasi dapat mempersiapkan diri untuk membuat keputusan dengan cepat dan tepat dalam skala besar, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas layanan secara keseluruhan.
Di sisi lain, organisasi yang berusaha memberikan pengalaman yang mulus dan holistik memberikan prioritas tinggi pada customer experience, employee experience, machine experience, and user experience. Dengan menciptakan lingkungan yang terpadu dan berfokus pada user melalui integrasi disiplin yang sebelumnya terpisah, pemetaan ulang perjalanan user, mereka dapat merangkul pendekatan solusi yang komprehensif dan mendalam.
OpenGov Breakfast Insight yang diselenggarakan pada tanggal 14 September 2023 di Shangri-La The Fort Manila membahas terkait teknologi canggih dan manfaatnya dalam upaya transformasi digital guna meningkatkan sumber daya dan berkolaborasi lebih baik dengan mengedepankan kepuasan dalam pelayanan.
Salam Pembuka

Mohit Sagar, CEO dan Kepala Redaktur OpenGov Asia, mengakui bahwa transformasi digital telah melampaui status sebagai tren semata. Ini telah berkembang menjadi keharusan yang tak terhindarkan bagi bisnis yang berupaya untuk berkembang dalam lanskap teknologi yang cepat bergerak saat ini.
Perusahaan dengan cepat mengadopsi transformasi digital – suatu usaha komprehensif yang melibatkan penggabungan teknologi digital ke dalam setiap aspek fungsinya untuk memastikan daya saing dan relevansi.
Munculnya pandemi menekankan urgensi terhadap transformasi digital. Alat-alat kolaborasi digital, telemedis, belanja online, dan bekerja jarak jauh beralih dari sekadar kemudahan menjadi hal penting yang harus dipertahankan.
Mohit menekankan bahwa transformasi digital telah berubah dari yang awalnya adalah sebuah pilihan, kini menjadi sebuah keharusan. Tentunya, hal ini mencakup ke dalam penyempurnaan prosedur dan kecakapan dalam pembuatan website.
Sebuah organisasi secara efektif harus merangkul dan memanfaatkan teknologi baru, diperlukan bukan hanya sekadar beberapa anggota staf yang mahir dalam teknologi, tetapi juga termasuk di dalamya pemerataan transformasi digital, mulai dari eksekutif tingkat atas hingga staf tingkat awal, hingga klien.
Untuk mencapai transformasi digital yang berhasil yaitu dengan memastikan aksesibilitas di seluruh tingkatan struktur dan operasi organisasi dapat disalurkan dengan baik. Dalam konteks ini, aksesibilitas mencakup demokratisasi pengetahuan dan alat teknologi, menjadikannya tersedia dan dapat dimengerti oleh beragam individu dalam organisasi. Hal ini tidak hanya melibatkan personal yang mahir dalam teknologi tetapi juga mengisi kesenjangan pengetahuan bagi mereka yang mungkin kurang familiar dengan sistem digital yang rumit.
Dia menekankan pentingnya organisasi mengalokasikan sumber daya keuangan untuk pelatihan komprehensif dan inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja mereka, faktor kunci untuk mewujudkan upaya transformasi digital. Karyawan harus mengembangkan tingkat literasi digital yang memungkinkan mereka untuk dengan mahir menavigasi dan memanfaatkan alat dan sistem baru.
“Interface yang user-friendly adalah keharusan untuk solusi teknologi karena mereka mengurangi kurva pembelajaran baik bagi klien maupun staf,” jelas Mohit. “Penggunaan desain yang intuitif dapat meningkatkan kepuasan pelanggan itu sendiri.”
“Kemudahan penggunaan dan inklusivitas termasuk dalam cakupan aksesibilitas juga diperlukan. Penting bagi organisasi untuk mempertimbangkan kebutuhan individu dengan disabilitas dan memastikan bahwa solusi digital sesuai dengan standar aksesibilitas, sehingga memungkinkan penggunaan universal,” klarifikasi Mohit.
Pertimbangan biaya secara kompleks terkait dengan gagasan aksesibilitas. Mengakui bahwa tidak semua perusahaan dapat dengan mudah berinvestasi dalam teknologi mutakhir, pelestarian skalabilitas dan efektivitas biaya tetap penting dalam memupuk adopsi yang luas.
Selain itu, pondasi dari transformasi digital yang berhasil terletak pada inovasi. Oleh karena itu, organisasi harus terus-menerus mencari solusi yang berpionir, dengan menggunakan berbagai teknik, untuk secara efektif menjelajahi medan digital yang cepat berubah saat ini.
Mohit berpandangan bahwa menanamkan budaya pembelajaran yang berkelanjutan dalam perusahaan adalah hal yang sangat penting. Mempertahankan fleksibilitas dan daya saing bergantung pada bagaimana sebuah perusahaan dapat menciptakan lingkungan yang memotivasi karyawan untuk terus memperbarui pengetahuan mereka tentang teknologi dan dinamika pasar yang muncul.
Selain itu, merangkul eksperimen seringkali menjadi prasyarat untuk mendorong inovasi. Membentuk ruang aman di mana anggota tim dapat menjelajahi dan bereksperimen dengan teknologi dan strategi baru juga merupakan hal yang sangat penting. Dengan menciptakan tempat yang aman ini, kekhawatiran dengan potensi gagal dapat dihilangkan, sehingga dapat menciptakan inisiatif dan inovatif.
Akses ke konsep-konsep baru dan teknologi mutakhir juga akan tercipta secara utuh melalui kolaborasi dengan startup, inkubator teknologi, dan organisasi lainnya. Melalui kolaborasi-kolaborasi ini, dapat mempercepat proses inovasi dan menghasilkan data yang bermanfaat, keyakinan Mohit.
Demikian pula, implementasi strategi keamanan siber yang saat ini menjadi dasar kebutuhan yang signifikan. Strategi ini umumnya mencakup hal-hal permasalahan yang berhubungan dengan firewall, enkripsi, peningkatan sistem secara berkala, dan pelatihan karyawan yang komprehensif, semua dirancang untuk secara efektif mengurangi risiko dan melindungi integritas organisasi.
Pelanggaran keamanan adalah kemungkinan yang tak terhindarkan. Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk menetapkan dan secara rutin memperbarui rencana respons insiden. Langkah-langkah ini sangat penting dalam mengurangi dampak pelanggaran keamanan dan memfasilitasi reaksi yang cepat dan efektif ketika pelanggaran terjadi.
Mohit menegaskan bahwa kunci dari keamanan adalah membenntuk dan mempraktikan pengawasan ketat terhadap peraturan privasi data. Di era dengan kasus pelanggaran data yang meluas, memprioritaskan kerahasiaan data pelanggan tidak hanya dapat membangun kepercayaan tetapi juga meningkatkan keyakinan.
Untuk mencapai hal ini, implementasi kontrol akses, enkripsi data komprehensif, dan protokol keamanan, muncul sebagai keharusan. Langkah-langkah ini akan memperkuat kerangka perlindungan, memastikan ketahanan sistem berbasis cloud terhadap potensi kerentanan dan akses yang tidak sah.
“Proses transformasi digital bergantung pada tiga pilar utama: aksesibilitas, inovasi, dan keamanan,” Simpul Mohit. “Dalam lanskap digital yang cepat berubah saat ini, organisasi yang memberi prioritas pada faktor-faktor ini dalam upaya mereka untuk mengubah digital lebih baik dilengkapi untuk dengan cekatan menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh ekosistem digital yang dinamis.”
Welcome Address

“Banyak organisasi akan mengatakan bahwa mereka berorientasi pada pelanggan. Tetapi, kami menjalaninya dalam setiap produk yang kami buat,” ucap Raymond Remoquillo, Head, Enterprise and REL Business , Lenovo Philippines dalam sambutannya. Dalam hal ini, Raymond menekankan pentingnya sebuah organisasi untuk mengedepankan user experience melalui interface yang baik.
Dengan mengedepankan pentingnya user experience melalui interface yang baik, sebuah organisasi dapat lebih memahami bahwa user experience merupakan salah satu faktor utama dalam membangun hubungan yang positif dengan pelanggan dan user produk atau layanan. Sebuah interface yang baik tidak hanya memberikan kemudahan user, tetapi juga menciptakan kesan positif, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan memungkinkan organisasi untuk memenuhi harapan user dengan lebih baik.
Di tengah kompetisi bisnis yang semakin ketat di era saat ini, organisasi yang mampu memberikan user experience yang unggul akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan. Oleh karena itu, mengutamakan user experience melalui interface yang baik menjadi langkah strategis yang sangat penting bagi kesuksesan jangka panjang sebuah organisasi.
Raymond memaparkan bahwa Lenovo, sebuah perusahaan yang berfokus untuk meningkatkan pengalaman software pada PC mereka, menyesuaikan dengan keinginan user yang variatif. Lenovo melakukannya melalui penelitian data serta berinteraksi dengan pelanggan untuk mendapatkan feedback. Data tersebut kemudian diracik dan dijadikan sebuah wawasan untuk perancangan dan pengembangan produk yang lebih baik. Ini adalah bagian integral dari pendekatan Lenovo untuk memastikan bahwa produk mereka benar-benar memenuhi kebutuhan dan harapan user, sehingga menciptakan pengalaman yang luar biasa dalam setiap interaksi dengan perangkat Lenovo.
Lenovo menggunakan beragam metode untuk menciptakan pengalaman software yang efisien, termasuk penelitian etnografis, uji coba konsep, pemantauan daring, dan survei pelanggan.
Namun, tidak ada yang benar-benar menggantikan feedback langsung dan tatap muka dengan user untuk memahami dengan mendalam kesan mereka terhadap produk atau layanan.
“Melihat orang menggunakan produk kami untuk pertama kalinya bisa sangat membuka mata bagi tim kami. Terkadang, uji coba produk semacam ini bahkan dapat memunculkan solusi kreatif bagi masalah potensial yang bahkan user sendiri tidak tahu bahwa mereka mengalaminya,” ungkap Raymond secara antusias.
Terus diberlakukan upaya perbaikan dalam pengalaman software. Dimulai dari konsepsi awal produk hingga tahap pengembangan dan feedback dari pelanggan setelah pembelian, tim kami beroperasi bersama-sama dengan manajer produk, desainer, dan insinyur produk untuk memastikan bahwa setiap aspek, dari fitur hingga komponen, benar-benar meningkatkan user experience dengan perangkat lunak.
Dalam fase ideasi produk yang paling awal, fokus Lenovo terletak pada pemahaman yang mendalam mengenai kebutuhan dan preferensi user. Untuk mencapainya, Lenovo menerapkan beragam metode penelitian, termasuk wawancara user, analisis perilaku, dan pemantauan tren industri. Dengan memiliki pemahaman yang mendalam tentang apa yang diinginkan oleh user, produk kami memulai perjalanannya dengan fondasi yang kokoh.
Saat pengembangan produk berlangsung, kolaborasi yang erat antara tim, manajer produk, desainer, dan insinyur adalah kunci. Lenovo bekerja bersama untuk memastikan bahwa setiap aspek produk, mulai dari interface user hingga kinerja perangkat lunak, mencerminkan visi user experience yang unggul. Reguler, Lenovo menguji produk untuk mengidentifikasi masalah atau perbaikan yang diperlukan.
Setelah produk tersedia untuk pelanggan, Lenovo terus mengumpulkan feedback dari user. “Komitmen kami adalah untuk terus memberikan pengalaman software yang terus ditingkatkan kepada user kami untuk tetap bertahan dalam berkompetisi dalam industri dan meningkatkan kepuasan user itu sendiri,” tutup Raymond.
In Conversation With

Arlene Romasanta, Direktur IT Service Knowledge and Information Systems (KISS) di Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam (DENR), menyoroti bahwa upaya transformasi digital belakangan ini telah secara signifikan meningkatkan user experience di berbagai sektor di Filipina, mengubah cara bisnis dan organisasi berinteraksi dengan pelanggan, menyediakan layanan, dan menjalankan operasinya.
Dalam industri perbankan dan keuangan, transformasi digital telah membawa berbagai inovasi, terutama dengan adopsi luas aplikasi perbankan seluler yang memungkinkan user untuk dengan mudah melakukan transaksi, memeriksa saldo, dan bahkan mengajukan pinjaman melalui smartphone mereka.
Dompet digital telah menyederhanakan transaksi keuangan, memungkinkan pembayaran online yang mengurangi kebutuhan untuk kunjungan langsung ke bank atau pusat pembayaran, sehingga meningkatkan kenyamanan. Selain itu, upaya ini telah memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan mencapai daerah-daerah yang kurang dilayani, sehingga memperluas akses ke layanan perbankan dan produk keuangan untuk demografi yang lebih luas.
Transformasi digital telah membawa perbaikan signifikan dalam userexperience dalam sektor kesehatan, dengan munculnya layanan telemedis sebagai contoh yang mencolok. Layanan ini memungkinkan pasien untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan secara jarak jauh, demikian yang diobservasi oleh Arlene.
Lembaga pendidikan telah merangkul platform pembelajaran online, memberikan siswa kemudahan dalam mengakses kuliah, materi, dan tugas dari tempat tinggal mereka. Transisi ini tidak hanya memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pembelajaran, tetapi juga mendemokratisasi pendidikan dengan mencapai individu di seluruh negara.
Selain itu, integrasi perpustakaan digital telah memperluas ketersediaan bahan penelitian dan sumber daya akademis, membuktikan keuntungannya bagi siswa dan peneliti, terutama di daerah-daerah terpencil di Filipina.
Badan pemerintah telah merangkul transformasi digital melalui pengenalan portal online untuk berbagai layanan, termasuk tugas seperti pembayaran pajak dan perpanjangan lisensi. Pergeseran ini memungkinkan warga untuk dengan mudah melakukan transaksi ini secara online, secara efektif menyederhanakan prosedur administratif dan mengurangi kebutuhan untuk kunjungan langsung.

Alex Tay, Solution Director Central Asia Pacific di Lenovo, mencatat bahwa pasar digital dan platform e-commerce telah merevolusi aksesibilitas online ke berbagai produk, seringkali dilengkapi dengan pilihan pembayaran dan pengiriman yang user-friendly.
Secara paralel, transformasi digital telah meningkatkan sifat berpusat pada user dalam transportasi dan logistik. Terutama, aplikasi berbagi perjalanan telah meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam perjalanan di kota-kota seperti Manila, memberdayakan user untuk dengan mudah memesan perjalanan, memantau kemajuan pengemudi, dan melakukan pembayaran digital yang aman.
Dia juga menyoroti prevalensi layanan streaming untuk film, acara TV, dan musik, yang telah mendapatkan popularitas luas. Platform ini memberdayakan user dengan kemampuan untuk menikmati konten sesuai dengan keinginan mereka sendiri, mendorong pengalaman hiburan yang personal dan mudah diakses.
Praktik pertanian presisi, difasilitasi oleh teknologi digital seperti sensor dan perangkat IoT, telah memungkinkan petani untuk mengoptimalkan pengelolaan tanaman. Hal ini telah menghasilkan peningkatan hasil dan profitabilitas, meningkatkan pengalaman keseluruhan bagi mereka yang terlibat dalam pertanian.
Tay menjelaskan bahwa inti dari imperatif ini adalah penyediaan perangkat canggih yang memberdayakan karyawan dengan kemampuan kerja jarak jauh yang lancar. Penekanan pada aksesibilitas ini menjadi sangat penting karena beberapa alasan yang kuat.
“Aksesibilitas memastikan akses universal ke teknologi, terlepas dari kemampuan fisik atau lokasi geografis,” katanya. “Inklusivitas ada di inti pendekatan ini, mempromosikan tempat kerja yang beragam dan adil di mana setiap anggota tim dapat berkontribusi sebaik mungkin.”
Revolusi kerja jarak jauh memperkuat pentingnya teknologi yang dapat diakses. Saat angkatan kerja global mengalami transisi penting menuju kerja jarak jauh, aksesibilitas teknologi memberdayakan karyawan untuk menjaga efisiensi dari rumah atau pengaturan jarak jauh lainnya.
Perangkat dan solusi teknologi yang dirancang untuk aksesibilitas mencakup interface dan fitur yang user-friendly dapat mengurangi kurva pembelajaran dan meningkatkan produktivitas awal karyawan. Keberadaan sistem yang kompleks atau tidak intuitif secara langsung berdampak pada ketidakefisiensian
Arlene percaya bahwa aksesibilitas teknologi adalah aspek kunci dalam kesiapsiagaan bencana. Kemampuan untuk dengan lancar beralih ke kerja jarak jauh dalam situasi krisis, seperti bencana alam atau darurat kesehatan masyarakat, dapat menentukan apakah operasi bisnis berlanjut tanpa gangguan atau mengalami gangguan.
Selain itu, teknologi yang dapat diakses berkontribusi positif terhadap kesejahteraan karyawan, pertimbangan yang semakin penting bagi organisasi. Ini tidak hanya mendukung karyawan dalam pekerjaan mereka, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan fisik dan mental mereka, berkontribusi pada budaya kerja yang positif.
Tay menegaskan pentingnya interface yang user-friendly sebagai dasar teknologi kontemporer, yang penting untuk meningkatkan efisiensi, mendorong inovasi, dan memungkinkan interaksi yang lancar bagi user yang berinteraksi dengan layanan penting. Peran kunci mereka dalam lingkungan digital saat ini tidak bisa diremehkan, karena mereka membentuk dasar untuk menciptakan user-experience yang positif dan efisien.
“Inti dari pentingnya UX yang baik adalah kemampuan interface yang user-friendly untuk menyederhanakan proses dan tugas yang kompleks, sehingga meningkatkan efisiensi. Ketika user disajikan dengan interface yang intuitif dan mudah dinavigasi, mereka dapat dengan cepat dan efektif menyelesaikan tujuan mereka. Ini mengurangi waktu dan upaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, yang berarti mendapatkan keuntungan yang nyata dalam produktivitas.”
Arlene setuju bahwa interface yang user-friendly memainkan peran penting dalam membuat layanan penting dapat diakses oleh audiens yang lebih luas. Dengan menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu dan menggabungkan elemen desain yang mengakomodasi berbagai kebutuhan user, termasuk mereka yang memiliki disabilitas, interface ini memastikan bahwa layanan penting bersifat inklusif dan tersedia untuk semua orang. Inklusivitas ini sejalan dengan prinsip aksesibilitas digital dan berfungsi sebagai landasan bagi organisasi yang berkomitmen untuk melayani beragam basis user.
Di tengah tantangan keamanan yang terus berubah dan kompleks, organisasi harus mengadopsi pendekatan yang komprehensif dan proaktif untuk melindungi aset dan operasi mereka. Mengadopsi pendekatan keamanan berlapis yang mengintegrasikan berbagai langkah keamanan pada berbagai tingkat memastikan bahwa bahkan jika satu lapisan keamanan ditembus, yang lain dapat memberikan perlindungan penting.
Sangat penting untuk menetapkan program pelatihan berkelanjutan yang bertujuan untuk mendidik karyawan tentang praktik keamanan siber terbaik, membudayakan budaya kesadaran keamanan yang tinggi. Pendekatan ini memastikan bahwa karyawan tetap waspada dan memahami peran kunci mereka dalam mencegah pelanggaran keamanan.
Tay mendukung praktik memelihara perangkat lunak, sistem operasi, aplikasi yang selalu terbaru dengan pembaruan keamanan terbaru, serta menerapkan protokol manajemen identitas dan akses yang kuat.
Dia juga menekankan pentingnya merumuskan rencana tanggap insiden komprehensif yang menguraikan langkah-langkah yang perlu diambil dalam menghadapi ancaman keamanan. Rencana ini harus mencakup protokol komunikasi, mendefinisikan peran dan tanggung jawab, serta menguraikan strategi untuk mengurangi kerusakan dan mempercepat proses pemulihan.
Salam Penutup
Raymond Remoquillo mengapresiasi para partisipan yang turut aktif dalam sesi OpenGov Breakfast Insight kali ini. Pendiskusian yang cukup kompleks dari berbagai entitas dan institusi memperkaya wawasan dan pengetahuan baru terkait percepatan digital transformasi guna meningkatkan pelayanan user dan pelanggan.
Ia menggarisbawahi kembali bahwa kepuasan user saat berinteraksi dengan interface adalah aspek yang sangat penting dan tak terhindarkan. Hal ini menjadi fokus utama karena penggunaan yang nyaman dan intuitif dari interface user akan membawa dampak besar pada pengalaman keseluruhan user. Semakin baik interface ini dirancang dan semakin mudah diakses, semakin besar potensi untuk menciptakan pengalaman yang positif bagi para user. Oleh karena itu, menjadikan user experience yang memuaskan sebagai prioritas utama adalah suatu keharusan dalam upaya menghadirkan solusi teknologi yang berkualitas tinggi.
Selain itu, Mohit juga menambahkan pentingnya melibatkan user dalam proses pengembangan produk. Menurutnya, user adalah sumber informasi yang sangat berharga dalam merancang solusi teknologi yang efektif. Oleh karena itu, ia sering berkomunikasi langsung dengan user, mendengarkan feedback mereka, dan mengadakan sesi uji coba produk. Dengan cara ini, timnya dapat memahami kebutuhan dan preferensi user dengan lebih baik, sehingga mereka dapat merancang produk yang lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan user.
Mohit juga menekankan bahwa pengembangan teknologi tidak hanya tentang menciptakan produk yang canggih secara teknis, tetapi juga tentang menciptakan user experience yang memuaskan. Ia berpandangan bahwa teknologi yang kuat harus diimbangi dengan interface yang mudah digunakan agar dapat memberikan nilai maksimal bagi user. Dengan kata lain, keberhasilan sebuah produk tidak hanya diukur dari segi fitur dan performa, tetapi juga dari sejauh mana user merasa nyaman dan terbantu oleh penggunaannya.
Dalam pandangan Mohit, mengedepankan user experience adalah langkah penting dalam menjawab tantangan dan peluang di era transformasi digital saat ini. Ia yakin bahwa dengan perhatian yang difokuskan pada user, teknologi dapat menjadi alat yang lebih bermanfaat dan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
In a stirring address at the Emerging Enterprise Awards (EEA) 2023, Senior Minister of State Tan Kiat How underscored the pivotal role of continuous learning and skills acquisition in navigating the dynamic landscape of the modern world.
Emphasising that education should be viewed as a lifelong journey, extending beyond formal academic years, he articulated the need for individuals to adapt to the evolving demands of an ever-changing workplace.
Acknowledging the government’s commitment to supporting Singaporeans in this quest for perpetual learning, Tan Kiat How also appealed to business owners and industry leaders to create an enabling environment for employees to upgrade their skills. He highlighted the Forward Singapore report, a comprehensive guide to the nation’s major developmental shifts, urging those unfamiliar with it to explore its insights.
The Senior Minister of State asserted that embracing technology as a strategic enabler is integral to overcoming traditional constraints and enhancing competitiveness. He underscored Singapore’s pioneering role in digital technology adoption, dating back to the 1980s when the nation became one of the first in the world to integrate computers into its public service and workplaces.
Singapore places a paramount emphasis on the pivotal role of digitalisation in revolutionising its educational landscape. With a focus on enhancing learning experiences, fostering global competitiveness, and preparing students for the future workforce, the nation is embracing innovative teaching methods and personalised learning through advanced digital tools.
The integration of technology not only streamlines administrative processes but also facilitates seamless transitions between in-person and online learning models. This commitment to digitalisation reflects Singapore’s dedication to staying at the forefront of educational innovation, equipping students with essential technological skills for the evolving global landscape.
This commitment to technological advancement has persisted, forming the bedrock of Singapore’s digital foundation. Senior Minister Tan shed light on the government’s SMEs Go Digital programme, an initiative integrating emerging technologies like artificial intelligence (AI) and cloud services into Industry Digital Plans (IDPs).
These IDPs serve as roadmaps, guiding businesses across various sectors in adopting digital solutions and upskilling their workforce. In a recent example, the Tourism (Attractions) IDP incorporated AI to streamline workflows and provide data-driven insights, enhancing decision-making for attraction operators.
The government’s holistic approach extends beyond specific sectors, with a thorough examination of industry disciplines sector by sector. This involves updating strategies, incorporating emerging technologies, and ensuring that small and medium-sized enterprises (SMEs) can boost productivity and competitiveness while navigating the complexities of digital transformation.
Senior Minister Tan cited the Chief Information Security Officers-as-a-Service initiative, where cybersecurity consultants aid firms in enhancing cyber resilience through “check-ups” and tailored health plans.
Encouraging firms and networks to actively engage with these programmes, Senior Minister Tan emphasised the need for Singapore to embrace its agency in shaping its future. He urged the nation to leverage its strong foundation and the strategic roadmap outlined in Forward Singapore.
As Singapore charts its digital odyssey, the EEA 2023 serves as a platform not just for acknowledging achievements but for inspiring a collective commitment to a future where technological innovation and lifelong learning propel the nation to new heights.
The Senior Minister of State added that Singapore’s exceptionalism relies on collective ambition, hard work, and unity, ensuring that the nation continues to defy the odds and stand as a beacon on the global stage.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
Union Minister of State for Skill Development & Entrepreneurship and Electronics & IT Rajeev Chandrasekhar shared comprehensive insights into India’s tech landscape at the 26th Edition of the Bengaluru Tech Summit.
Minister Chandrasekhar navigated through a spectrum of crucial tech domains, unravelling India’s transformative journey and the role of entrepreneurship and innovation in the digital economy. He shed light on India’s burgeoning semiconductor industry, the transformative potential of AI, and the instrumental role of startups in shaping the nation’s economic future.
Minister Chandrasekhar reflected on the dynamic shift in India’s semiconductor narrative, echoing the sentiments articulated by India’s Prime Minister at the Semicon India 2023 Summit. He underscored the evolving perspective from “why India” to “when in India” and “why not in India.”
This transformation signifies the growing confidence and capabilities within India’s tech ecosystem, a testament to the nation’s progress in diverse domains such as AI, semiconductors, electronics, Web 3, supercomputing, and high-performance computing.
“Pre-2014, India’s semiconductor story was a series of missed opportunities,” reflected Minister Chandrasekhar while tracing the trajectory of the semiconductor industry’s evolution.
Despite lacking a design legacy, Minister Chandrasekhar emphasised India’s strides in the semiconductor sector. Acknowledging the catch-up game after missed opportunities, he highlighted India’s leapfrogging approach, skipping a generation to explore novel opportunities for the next decade.
The focus on talent, design, packaging, and research has propelled India towards becoming a significant player in the global semiconductor ecosystem, marking a definitive trajectory of growth.
Minister Chandrasekhar reiterated India’s emphasis on harnessing AI’s transformative power resonates deeply with India’s commitment to leveraging cutting-edge technology for societal betterment and enhanced living standards across diverse segments of the population.
“We believe that AI when harnessed correctly, can transform healthcare, agriculture, governance and language translation”: MoS Rajeev Chandrasekhar
By integrating AI technologies into these sectors, the aim is to revolutionise service delivery, streamline operations, and democratise access to advanced services for all citizens. However, he also addressed the inherent risks posed by the potential misuse of AI by bad actors, stressing the need for legislative guardrails to ensure safety and trust in AI applications. Aligning with global sentiments, Chandrasekhar highlighted the necessity for regulatory frameworks to prevent misuse and foster ethical AI deployment.
“The world is now aligning with India’s view that we need guardrails of safety and trust for the Internet,” he said.
In an increasingly tech-dependant world, Mnster Chnadrashekhar believes that innovation and entrepreneurship are vital – startups are the pillars of India’s tech evolution. Elaborating on India’s startup landscape, Minister Chandrasekhar showcased the pivotal role played by startups since 2014, citing the emergence of 102 unicorns and a substantial influx of FDI.
He emphasised how startups are not just economic entities but integral components of India’s tech vision, contributing significantly to the digital economy’s $1 trillion goal. With a focus on nurturing the futureDESIGN DLI startups, Chandrasekhar envisaged their potential to become the unicorns of tomorrow, driving innovation across AI, semiconductors, and next-gen electronic systems.
Minister Chandrasekhar’s insights underscore India’s rapid tech evolution, emphasising the nation’s strides in semiconductors, the transformative impact of AI, and the pivotal role of startups. As India charts its course towards a $1 trillion digital economy, its vision encapsulates the imperative of regulatory frameworks, innovative strides, and collaborative efforts in harnessing technology for inclusive growth and global relevance.
OpenGov Asia reported that Minister Chandrasekhar, who spoke at two influential tech events: the Indian Express Digifraud & Safety Summit 2023 and YourStory Techsparks’23, expressed similar views on India’s technological advancements, regulatory policies, and the nation’s promising future in the global tech landscape.
At these tech summits, Minister Rajeev Chandrasekhar outlined India’s ambitious technological trajectory, reinforcing the government’s dedication to fostering innovation, ensuring a safe digital environment, and harnessing the transformative power of technology for the nation’s progress.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
Collaboration with other entities is paramount in this digital era. Especially in the healthcare sector, having a robust digital infrastructure and leveraging technological advancements is crucial for effective cancer control. With the robust infrastructure established through collaboration, the Manatū Hauora’s Polynesian Health Corridors (PHC) programme is well-positioned to pioneer innovative approaches to cancer prevention, diagnosis, and treatment.
This initiative is a collaborative effort between PHC and critical partners, including Te Aka Mātauranga Matepukupuku (Cancer Research Centre) and Te Poutoko Ora a Kiwa (Centre for Pacific and Global Health), housed within Waipapa Taumata Rau at The University of Auckland. The programme spans six partner countries: the Cook Islands, Niue, Tokelau, Samoa, Tonga, and Tuvalu.
Recognising the need for effective cancer control measures, Polynesian health leaders have identified cancer control as a top priority and a focal point for the PHC programme. During the design phase led by Waipapa Taumata Rau (University of Auckland), collaborative efforts are being made to shape the cancer control programme in alignment with the healthcare landscapes of each partner country. This inclusive approach ensures that the programme is tailored to address specific regional needs and challenges.
As part of the broader initiative, PHC aims to support the six partner countries in the seamless implementation of planned activities, emphasising integrating these initiatives into the New Zealand Health System. The design phase is anticipated to be substantially completed by mid-next year, paving the way for the subsequent steps in the programme’s execution.
Established in 2020, the Polynesian Health Corridors (PHC) programme operates under the auspices of the New Zealand Ministry of Foreign Affairs and Trade (MFAT). It was conceived to fortify the ties between Aotearoa, New Zealand’s robust health system and its partner countries. PHC operates within the Global Health Group at the Public Health Agency|Te Pou Hauora Tūmatanui, a division of Manatū Hauora.
The collaboration with partners such as Te Aka Mātauranga Matepukupuku and Te Poutoko Ora a Kiwa underscores the commitment of the PHC programme to leverage collective expertise and resources for the benefit of Polynesia. The emphasis on a multi-year cancer control programme reflects a forward-thinking approach to addressing the complex challenges of cancer within the region.
The multifaceted design of the cancer control initiative encompasses a spectrum of considerations, including early detection strategies, treatment modalities, and holistic support systems for affected individuals and their families. By actively involving partner countries in the design phase, PHC ensures that the programme aligns with the cultural nuances and healthcare infrastructures unique to each Polynesian nation.
In addition to its primary focus on cancer control, the PHC programme signifies a broader commitment to strengthening healthcare ties between Aotearoa, New Zealand and its Polynesian partners. The strategic collaboration with Waipapa Taumata Rau, a leading health research and education institution, adds a dimension to the initiative. Waipapa Taumata Rau’s expertise is instrumental in shaping the design phase of the cancer control programme, contributing evidence-based insights and leveraging its research capabilities.
As the design phase progresses, PHC anticipates a pivotal role in supporting the implementation of planned activities, fostering collaboration between partner countries, and facilitating seamless integration into the New Zealand Health System. The interconnected nature of this initiative underscores the importance of global cooperation and shared knowledge in tackling complex health challenges.
This initiative exemplifies the power of international cooperation in addressing pressing health concerns and sets a precedent for future collaborations in global health. The PHC programme’s collaborative efforts extend beyond regional boundaries, fostering a shared knowledge and resources model that transcends geopolitical constraints. As the design phase unfolds, the programme’s commitment to inclusivity and accessibility remains central to its vision for transforming cancer control in Polynesia.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
In emphasising the importance of inclusivity, technology must cater to individuals with physical impairments who face challenges in using traditional input devices like mice and keyboards, which often leads to their exclusion from technical professions.

To foster inclusive accessibility, multiple alternative methods should be actively identified and implemented to facilitate individuals with physical impairments to engage in coding activities. The evolution of these alternative input methods signifies a positive shift towards a more inclusive and accessible technological landscape.
In an initiative to encourage digital inclusion and technological education, a KidBright Workshop has targeted students and teachers from 10 schools catering to children with disabilities. This workshop showcased the power of the KidBright AI Platform in guiding participants to construct embedded system projects.
Dr Patchralita Chatwalitpong, The National Science and Technology Development Agency (NSTDA) Vice President for Science and Technology Human Resources Development, emphasised the significance of advancing science and technology education among disabled individuals. “Disabilities children also have the right to gain knowledge in this digital realm. Physically impairment is not merely the obstacle for it,” she addressed.
KidBright, a coding learning tool developed by NECTEC-NSTDA, emerged as a beacon of innovation. As an open-source embedded programming platform, KidBright enables children to learn coding through its embedded board and KidBright Integrated Development Environment programme (KidBright IDE). The platform’s accessibility and user-friendly interface empower young learners to delve into coding seamlessly.
The genesis of this impactful project traces back to 2018, when NSTDA initiated a pioneering effort to promote coding skills specifically tailored for children with disabilities. From 2018 to 2020, KidBright boards and UtuNoi STATION packages were distributed across these schools, accompanied by a series of workshops for both students and teachers. These workshops provided comprehensive training on programming KidBright boards and equipped participants with the skills to create embedded system projects.
The inclusion of data science knowledge in 2019 and 2020 further enriched the project, empowering educators and students to devise innovative solutions catering to the needs of people with disabilities. Notably, several of these inventive creations garnered accolades in innovation contests.
The project’s trajectory leapt in 2023 with a strategic expansion into artificial intelligence (AI). This follow-up session spotlighted the development of science projects utilising the KidBright AI Platform. Led by the adept Educational Technology Research Team and spearheaded by Dr Saowaluck Kaewkamnerd, this workshop aimed to deepen participants’ understanding of AI and encourage the creation of innovative projects with real-world applications.
This multifaceted project exemplifies the commitment to advancing education in emerging technologies and ensuring inclusivity in digital literacy. Integrating coding, embedded systems, data science, and AI into the curriculum empowers students, especially those with disabilities, to become adept in the digital landscape. The KidBright AI Platform catalyses nurturing creativity, problem-solving skills, and a passion for technology among the younger generation, transcending barriers and fostering a more inclusive and technologically literate society.
Further, the recognition of inclusivity has gained global attention, exemplified by its acknowledgement in the United States. The Alliance for Access, the Computing Career Centre from Washington University, outlined several approaches that can enhance programming accessibility for students with diverse disabilities. To illustrate:
- Clear Instructions and Examples: Providing clear instructions and relevant examples universally benefits all students, promoting a better understanding of programming concepts.
- Speech Input Software: Students who face challenges with conventional keyboards can leverage speech input software.
- Macro-Writing Programmes: Utilising a macro-writing programme for individuals with mobility impairments becomes invaluable. This programme facilitates the creation of shortcuts, simplifying the typing process.
- IDE Features: Integrated development environments (IDEs) may incorporate features specifically beneficial for students with disabilities.
- Word or Syntax Auto-Completion: Predictive typing assists users by anticipating their input.
- Syntax Highlighting: Color-coded representation of typed code enhances visual distinction.
- Variable Name Highlighting: Ensures consistent spelling of variable names.
- Inline Spell-Check: This feature can benefit some students, promoting accurate coding.
By highlighting and implementing this in the programming environment among disabled children in Thailand, educators can create a more inclusive and supportive learning experience for students with disabilities, not only enhancing the knowledge of students but also fostering inclusivity and equality.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
Singapore’s Senior Minister of State for Defence, Heng Chee How, and Senior Minister of State for Communications and Information and Health, Dr Janil Puthucheary, recently visited the Critical Infrastructure Defence Exercise (CIDeX) 2023, underscoring the government’s commitment to fortifying national cybersecurity.

The exercise, held at the National University of Singapore School of Computing, witnessed over 200 participants engaging in operational technology (OT) critical infrastructure defence training.
Organised by the Digital and Intelligence Service (DIS) and the Cyber Security Agency of Singapore (CSA), with support from iTrust/SUTD and the National Cybersecurity R&D Laboratory (NCL), CIDeX 2023 marked a collaborative effort to enhance Whole-Of-Government (WoG) cyber capabilities. The exercise focused on detecting and countering cyber threats to both Information Technology (IT) and OT networks governing critical infrastructure sectors.
This year’s edition boasted participation from DIS, CSA, and 24 other national agencies across six Critical Information Infrastructure (CII) sectors. With an expanded digital infrastructure comprising six enterprise IT networks and three new OT testbeds, participants operated on six OT testbeds within key sectors—power, water, telecom, and aviation.
CIDeX 2023 featured Blue Teams, composed of national agency participants serving as cyber defenders, defending their digital infrastructure against simulated cyber-attacks launched by a composite Red Team comprising DIS, CSA, DSTA, and IMDA personnel. The exercises simulated attacks on both IT and OT networks, including scenarios such as overloading an airport substation, disrupting water distribution, and shutting down a gas plant.
The exercise provided a platform for participants to hone their technical competencies, enhance collaboration, and share expertise across agencies. Before CIDeX, participants underwent a five-day hands-on training programme at the Singapore Armed Forces (SAF)’s Cyber Defence Test and Evaluation Centre (CyTEC) at Stagmont Camp, ensuring readiness for cyber defence challenges.
On the sidelines of CIDeX 2023, the DIS solidified cyber collaboration by signing Memorandums of Understanding (MoUs) with key technology sector partners, expanding its partnerships beyond the earlier agreement with Microsoft earlier in the year.
Senior Minister Heng emphasised the importance of inter-agency cooperation, stating, “CIDeX is a platform where we bring together many agencies throughout the government to come together to learn how to defend together.” He highlighted the collective effort involving 26 agencies and over 200 participants, acknowledging the significance of unity in cybersecurity.
Dr Janil echoed this sentiment, emphasising CIDeX’s role in the Whole-of-Government (WoG) cyber defence effort. He remarked, “Defending Singapore’s cyberspace is not an easy task, and it is a team effort.”
He commended the strong partnership between the Cyber Security Agency of Singapore and the Digital and Intelligence Service, recognising the exercise as a crucial element in strengthening the nation’s digital resilience and national cybersecurity posture.
By leveraging collaboration, innovation, and a robust defence strategy, Singapore aims not just to protect its critical infrastructure but to set a global standard in cybersecurity practices.
CIDeX 2023 serves as a compelling embodiment of Singapore’s unwavering dedication to maintaining a leadership position in cybersecurity practices. This strategic exercise underscores the nation’s commitment to cultivating collaboration and fortifying its resilience against continually evolving cyber threats.
Beyond a training ground for sharpening the skills of cyber defenders, CIDeX 2023 encapsulates the government’s profound commitment to adopting a robust, collaborative, and forward-thinking approach to safeguarding the integrity and security of the nation’s critical infrastructure in the dynamic landscape of the digital age.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
The Cyberport Entrepreneurship Programmes’ 20th Anniversary Celebration and Graduation Ceremony was a major event attended by notable personalities, distinguished guests and budding innovators.
Cyberport is Hong Kong’s digital technology flagship and incubator for entrepreneurship with over 2,000 members including over 900 onsite and close to 1,100 offsite start-ups and technology companies. It is managed by Hong Kong Cyberport Management Company Limited, wholly owned by the Hong Kong SAR Government.
With a vision to become Hong Kong’s digital technology hub and stimulate a fresh economic impetus, Cyberport is dedicated to cultivating a dynamic tech environment. This commitment involves nurturing talent, encouraging youth entrepreneurship, aiding startups, fostering industry growth through strategic partnerships with local and international entities, and driving digital transformation across public and private sectors, bridging new and traditional economies.

Professor Sun Dong, the Secretary for Innovation, Technology, and Industry, Hong Kong highlighted Cyberport’s incredible journey and the achievements of its vibrant community. Expressing his delight in commemorating Cyberport’s two-decade-long legacy, he emphasised the institution’s pivotal role as an ICT powerhouse in Hong Kong.
From its humble beginnings to its present stature, Cyberport has emerged as a catalyst for innovation, nurturing over 2,000 technology companies and startups and showcasing an exponential growth rate over the past five years.
Cyberport’s community has attracted a staggering US$38 billion of investment, marking its significance as an ICT flagship in Hong Kong. The establishment takes pride in its contribution to nurturing numerous innovative ideas and fostering dynamic business ventures, with seven notable unicorns in fintech, smart living, and digital entertainment sectors.
Cyberport excelled at the prestigious Hong Kong ICT Awards, with 25 startups securing 28 accolades, including the esteemed Award of the Year. This achievement showcased the institution’s exceptional calibre and innovation prowess nurtured within its ecosystem.
Acknowledging the pivotal role of startups in Cyberport’s success story, Professor Sun Dong shared how these young enterprises, often starting with a simple idea at a small table, grow in tandem with Cyberport’s support. The institution provides not just financial aid but also a nurturing environment where entrepreneurs can leverage extensive networks, collaborative spaces, and expert guidance to cultivate their ideas into commercial successes.
The graduation of more than 200 startups from the Entrepreneurship Programme stood as a testament to Cyberport’s commitment to fostering entrepreneurial talent. This initiative empowers startups to translate their ideas into tangible commercial solutions and market breakthroughs, laying the foundation for their future success.
Looking ahead, Professor Sun Dong outlined Cyberport’s exciting plans, including the upcoming expansion block slated for completion in two years, aimed at providing additional space for the community’s development. He also highlighted Cyberport’s initiative to establish the Artificial Intelligence Supercomputing Centre, a pioneering endeavour set to commence in 2024, envisioned to be a pioneering and substantial facility in Hong Kong.
Cyberport’s extraordinary journey showcases significant achievements while charting a promising future, embodying the core values of innovation, collaboration, and collective growth.
Professor Sun expressed gratitude on behalf of the Government, acknowledging their hard work and contributions to the tech ecosystem emphasising the importance of collective participation for a better future.
The vibrant success of events like the Cyberport Venture Capital Forum 2023 resonates with Cyberport’s commitment to fostering innovation and collaboration, further cementing its role as a catalyst for technological advancement and entrepreneurial growth in Hong Kong.
The Cyberport Venture Capital Forum (CVCF) 2023 saw a turnout of over 2,500 participants during its two-day hybrid event. Themed “Venture Forward: Game Changing through Innovation,” the forum convened 80 global visionary venture experts, entrepreneurial pioneers, and influential thinkers. With more than 120,000 page views and over 300 fundraising meetings facilitated, it solidified its position as a pivotal platform fostering networking and collaborative opportunities.
- Like
- Digg
- Del
- Tumblr
- VKontakte
- Buffer
- Love This
- Odnoklassniki
- Meneame
- Blogger
- Amazon
- Yahoo Mail
- Gmail
- AOL
- Newsvine
- HackerNews
- Evernote
- MySpace
- Mail.ru
- Viadeo
- Line
- Comments
- Yummly
- SMS
- Viber
- Telegram
- Subscribe
- Skype
- Facebook Messenger
- Kakao
- LiveJournal
- Yammer
- Edgar
- Fintel
- Mix
- Instapaper
- Copy Link
In a significant stride towards technological innovation and sustainable development, the Department of Scientific & Industrial Research (DSIR) and The Energy and Resources Institute (TERI) have joined forces to revolutionise India’s construction and wastewater treatment sectors.

This pioneering collaboration under the “Access to Knowledge for Technology Development and Dissemination (A2K+) Studies” Scheme of DSIR is aimed at aligning with India’s Smart Cities Mission and its ambitious commitment to achieving net-zero emissions by 2070.
DSIR’s allocation of two crucial research studies to TERI signifies a pivotal step in bridging the informational gap on advanced building materials, designs for energy efficiency, and the assessment of membrane-based sewage wastewater treatment systems for reuse and recycling.
A significant milestone in this partnership was marked by a high-profile Stakeholder Consultant Meeting held at the prestigious India Habitat Center in New Delhi. Attended by key decision-makers, esteemed experts from academia, industry leaders, and policymakers, this event became a platform for insightful discussions and collaborations.
Dr Sujata Chaklanobis, Scientist ‘G’ and Head of A2K+ Studies at DSIR, emphasised the importance of promoting industrial research for indigenous technology development, utilisation, and transfer in her address. Her words underscored the crucial role of research and innovation in fostering sustainable technological advancements.
Mr Sanjay Seth, Senior Director of TERI’s Sustainable Infrastructure Programme highlighted India’s commitment to carbon neutrality by 2070. He stressed the imperative integration of cutting-edge technologies and innovative designs in buildings to significantly reduce energy consumption, a key step towards a sustainable, low-carbon future.
The first session of the consultation centred on leveraging emerging technologies and innovative solutions for advanced building design to enhance energy efficiency. Experts from various domains provided insightful suggestions and information, fostering dialogue on energy-efficient building designs and sustainable construction practices.
The second session delved into the current status and prospects of membrane technologies in India for sewage treatment. Insights from academia, including professors from prestigious institutions, shed light on research gaps and opportunities for commercialisation in the domain of membrane-based technologies.
Industry experts also provided valuable perspectives on the current membrane market, innovations, and opportunities, creating a comprehensive understanding of the landscape and paving the way for future developments.
The amalgamation of insights from academia, industry, and end-users enriched the discussions, providing a roadmap for future innovation and development in these critical sectors. The event culminated with a commitment from both DSIR and TERI to embark on an innovation journey, heralding a sustainable and resilient future for India.
The DSIR-TERI collaborative consultation stands as a beacon of transformative progress in advancing sustainable building practices and sewage treatment technologies. It underscores the power of partnership in driving technological evolution for a more sustainable tomorrow.
India’s ambitions intertwine technological progress with a steadffast commitment to sustainability, envisioning a future where innovation not only drives economic growth but also champions environmental stewardship.
Through strategic initiatives and cooperation, India aims to leverage cutting-edge technologies to address pressing global challenges, ensuring a harmonious balance between technological advancement, environmental preservation, and societal well-being.
NITI Aayog, in collaboration with CSIRO, Australia’s national science agency, initiated the India Australia Rapid Innovation and Startup Expansion (RISE) Accelerator under the Atal Innovation Mission (AIM) to bolster circular economy startups from both countries, fostering innovation and entrepreneurship.
The Indian Institute of Technology Kanpur (IIT-Kanpur) and the African-Asian Rural Development Organisation (AARDO) jointly organised an international training programme, focused on exploring the application of nanotechnology in promoting plant growth and crop protection for sustainable agriculture.
According to an IIT-Kanpur statement, the programme served as a forum for experts from diverse fields to discuss and deliberate on solutions to meet the urgent global challenge of achieving food security and promoting sustainability in agriculture.